Melihat Lumba-Lumba dari Habitat Aslinya di Teluk Kiluan Lampung
Berpetualang Memburu Lumba-Lumba
Wisata
alam Teluk Kiluan di Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan,
Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, cocok bagi wisatawan yang gemar
berpetualang. Topografinya yang berbukit dan berlembah menarik untuk
dijelajahi.
Perjalanan menuju Teluk Kiluan sudah merupakan
tantangan tersendiri bagi wisatawan. Jalan darat di pesisir barat
Sumatera itu belum terlalu mulus sehingga perlu keterampilan dalam
mengemudikan kendaraan bermotor untuk melewatinya.
Ada beberapa
pilihan angkutan untuk mencapai lokasi wisata tersebut. Bisa dengan
travel atau ojek sepeda motor. Jarak yang ditempuh dari Bandara Raden
Intan (Beranti), Lampung, sekitar 80 kilometer. Karena kondisi jalan
seperti itu, perlu waktu 4,5 jam untuk mencapainya.
Perjalanan
dimulai dari Kotaagung, melewati Kabupaten Pringsewu dan Pesawaran. Awal
perjalanan memang sedikit membosankan. Namun, begitu memasuki wilayah
Kecamatan Padangcermin, Pesawaran, suasana berubah segar dan nyaman.
Alam pengunungan yang berbukit menghadirkan embusan angin sejuk serta
pemandangan alam nan indah.
Panorama alam pedesaan semakin terasa
ketika perjalanan memasuki wilayah Kecamatan Punduh Pidadah. Wilayah
itu berbatasan langsung dengan Kecamatan Kelumbayan, Tanggamus.
Jalur
jalan yang membelah bukit di pesisir barat Sumatera menyajikan
pemandangan sekaligus sensasi berkendara. Ada baiknya berhenti sejenak
ketika sampai di titik tertinggi untuk menikmati alam pegunungan yang
sangat indah dan elok.
Perjalanan kemudian berganti melewati jalur yang menurun. Memang lebih cepat, namun perlu kehati-hatian.
Berbagai
tantangan itu terbayar ketika sampai di Pekon Kiluan Negeri. Berada di
desa tersebut serasa tengah berada di Pulau Bali. Tampak berjajar
pura-pura Hindu berdampingan damai dengan masjid. Sebagian besar warga
di desa itu memang berasal dari Bali. Kepala desanya bahkan merupakan
keturunan warga Bali bernama Sukrasana.
Warga di sana akan dengan
sangat senang hati menyambut wisatawan dan menjelaskan objek-objek
menarik. Salah satunya, lumba-lumba berbagai ukuran, yang jumlahnya
mencapai ratusan ekor, yang bisa dilihat langsung saat berenang di laut
bebas.
Konon, kumpulan lumba-lumba di Teluk Kiluan adalah yang
terbesar di Asia. Bahkan, mungkin dunia. Wisatawan yang berminat
menyaksikan dari dekat lumba-lumba di habitat aslinya bisa menyewa
perahu motor. Jika beruntung, wisatawan juga bisa menyaksikan penyu
hijau, yang di waktu-waktu tertentu menepi ke pantai.
Belum puas
menikmati alam pemandangan di Teluk Kiluan, pengunjung bisa menginap di
sana. Hanya, kondisi penginapan memang belum terlalu bagus.
Hanya
ada empat penginapan serta rumah warga yang disewakan bagi yang berniat
menginap. Bangunannya sangat sederhana dengan dinding dari bambu dan
papan.
Saat yang tepat untuk menyaksikan secara langsung parade
lumba-lumba di habitat aslinya adalah pada pagi hari. Biasanya mamalia
laut yang lucu itu muncul sekitar pukul 08.00.
Perjalanan dengan
perahu motor ke laut lepas biasanya dimulai sekitar pukul 06.00. Ketika
cuaca terang dan ombak laut tenang, wisatawan bisa menyaksikan ratusan
lumba-lumba berenang secara berkelompok dan berlompatan di laut.
Dengan
kondisi cuaca seperti itu, tidak jarang lumba-lumba tersebut berenang
mendekati perahu. Bahkan, mereka bisa berputar-putar mengelilingi perahu
itu.
Legenda Raden Anta Wijaya
Keberadaan Teluk Kiluan
tidak bisa dilepaskan dari kisah sejarah Raden Anta Wijaya. Menurut
kepercayaan warga setempat, Raden Anta Wijaya sangat dikenal pemberani.
Namun, banyak kerabatnya yang tidak senang kepada dia dan berusaha untuk
membunuhnya.
Karena itu, akhirnya Raden Anta Wijaya meminta
kerabatnya yang ingin membunuh dirinya tersebut agar membawanya ke pulau
yang saat ini bernama Pulau Kiluan. Sebab, dia hanya bisa dibunuh di
pulau itu.
Selanjutnya Raden Anta Wijaya dibunuh di pulau
tersebut. Nah, permintaan yang dalam bahasa Lampung pesisir disebut
"kiluan" itulah yang akhirnya dijadikan nama teluk tersebut.